Tembung Kendel Tegese merupakan salah satu hal yang sering ditemui di kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. Istilah ini merujuk pada serangkaian kata atau kalimat yang digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi tertentu. Biasanya, tembung kendel tegese digunakan dalam percakapan sehari-hari, karya sastra, atau bahkan dalam upacara adat. Oleh karena itu, pemahaman tentang tembung kendel tegese sangat penting bagi siapa saja yang ingin memahami budaya dan bahasa Jawa secara lebih mendalam.
10 Tembung Kendel Tegese dalam Bahasa Jawa dan Indonesia
Tembung Kendel Tegese merupakan ungkapan dalam bahasa Jawa yang memiliki arti atau makna tertentu. Setiap kata yang terkandung dalam Tembung Kendel Tegese mempunyai makna yang terkait satu sama lain. Berikut ini adalah 10 Tembung Kendel Tegese umum dalam Bahasa Jawa dan arti/maknanya dalam Bahasa Indonesia.
1. Kancamaganak: Jarak yang terlalu dekat antara dua hubungan darah atau keluarga.
Jika secara harfiah diterjemahkan sebagai kancamaganak artinya ‘terlampau dekat dalam keluarga’, hal ini sering kali diwarnai dengan stigma dan dilema tersendiri bagi sebagian masyarakat, terutama bagi masyarakat yang memegang teguh adat atau norma ketimuran.
2. Bedhah Mundak: Berganti-gantian menjemput atau mengantarkan.
Maka dari itu, banyak orang menghindarinya karena akan memakan waktu lebih lama dalam hal perjalanan. Tetapi, bagi mereka yang sangat merindukan saudaranya, mereka senang untuk bergantian menjemput masing-masing di rumah dan menghabiskan waktu yang berarti bersama.
3. Rukun Karya: Kerja sama yang harmonis dalam suatu kelompok atau diantara anggota masyarakat.
Setiap individu memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjalankan misi suatu kelompok. Dalam rangka mencapai tujuan bersama, harus ada kerjasama yang harmonis diantara anggota masyarakat.
4. Kendwa Malaikat: Berkah yang diberikan oleh Allah SWT.
Setiap orang yang beribadah dengan ikhlas dan tulus hati akan meraih kendwa malaikat. Kendwa Malaikat adalah bentuk rahmat dan karunia Allah SWT.
5. Rukun Warga: Kesatuan dan kebersamaan dalam tingkat lingkungan, biasanya terdiri dari beberapa keluarga di lingkungan tertentu.
Rukun Warga sering kali diwakili oleh ketua RW atau kadernya. Tugas utama ketua RW adalah memimpin rapat warga, memelihara keamanan dan ketertiban lingkungan serta kegiatan lain yang mungkin akan memperkuat persatuan dan kesatuan warga.
6. Kakang Kawah: Merupakan sebutan untuk seorang anak muda yang masih belum beristri.
Kakang Kawah biasanya digunakan untuk memanggil atau menyebutkan seorang pemuda yang masih mencari pasangan, dengan harapan agar kemandiriannya bisa segera tercapai.
7. Geni Nanak Nyawo: Mahalnya harga sesuatu kehidupan.
Makna dari Geni Nanak Nyawo merupakan peringatan bagi semua orang tentang pentingnya menjaga dan merawat kehidupan agar tidak sia-sia.
8. Adat Basa: Sistem tata bahasa atau kebiasaan dalam bahasa (dalam hal ini bahasa Jawa).
Adat Basa sangat penting dalam mengekspresikan kebudayaan dan adat istiadat suatu daerah Indonesia. Adat Basa memuat aturan-aturan tata bahasa dan istilah tertentu untuk menjaga kesamaan interpretasi dan komunikasi pada suatu kelompok masyarakat.
9. Gawe Kebo: Membuat sesuatu dengan susah payah dan hasilnya tidak sebanding dengan usaha yang dikeluarkan.
Gawe Kebo merupakan ungkapan yang menggambarkan perjuangan dan usaha keras seseorang yang tidak sebanding dengan hasil yang didapat. Ini adalah peringatan bagi orang-orang untuk selalu mempertimbangkan hasil dan tingkat kesulitan dalam melakukan suatu hal.
10. Sembahyang Rintisan: Shalat yang dilakukan saat seseorang sedang melakukan perjalanan atau dalam perjalanan.
Sembahyang Rintisan adalah bentuk ibadah yang dilakukan oleh seseorang saat melakukan perjalanan. Maksud dari sembahyang ini adalah untuk mengingat Allah SWT dalam segala aktifitas kita sehari-hari, termasuk dalam perjalanan.
Arti dan Makna Tembung Kendel Tegese
Tembung Kendel Tegese adalah ungkapan atau frasa dalam bahasa Jawa yang sering digunakan di masyarakat Jawa sebagai bentuk komunikasi sehari-hari. Kendel berarti kabel, sedangkan Tegese berarti arti atau makna. Oleh karena itu, Tembung Kendel Tegese secara harfiah berarti menghubungkan kabel atau merujuk pada arti dan makna yang terkandung dalam suatu kata atau kalimat.
Di samping sebagai media komunikasi, Tembung Kendel Tegese juga banyak dijadikan sebagai bahan pembelajaran dalam memahami bahasa Jawa. Melalui Tembung Kendel Tegese, seseorang dapat memahami dan mengenali arti dari kata-kata atau frasa-frasa yang sering digunakan dalam bahasa Jawa.
Berikut ini adalah beberapa contoh Tembung Kendel Tegese dalam bahasa Jawa dan Indonesia:
1. Tembung Kendel Tegese Pangkur
Pangkur adalah istilah dalam seni musik gamelan Jawa. Tembung Kendel Tegese Pangkur berarti irama atau lagu yang sering dimainkan dalam gamelan Jawa. Pangkur juga sering digunakan sebagai latar musik untuk tarian Jawa.
2. Tembung Kendel Tegese Dalang
Dalang adalah orang yang memainkan wayang kulit dalam seni budaya Jawa. Tembung Kendel Tegese Dalang berarti orang yang menguasai seni wayang kulit dan bisa menghidupkan tokoh-tokoh dalam cerita wayang.
3. Tembung Kendel Tegese Nganggo
Nganggo adalah kata dalam bahasa Jawa yang berarti menggunakan atau memakai. Tembung Kendel Tegese Nganggo berarti menggunakan suatu barang atau benda.
4. Tembung Kendel Tegese Burkah
Burkah adalah pakaian yang sering digunakan oleh wanita muslim untuk menutupi seluruh tubuh kecuali wajah. Tembung Kendel Tegese Burkah berarti pakaian penutup seluruh tubuh kecuali wajah yang digunakan oleh wanita muslim.
5. Tembung Kendel Tegese Nekat
Nekat adalah kata dalam bahasa Jawa yang berarti dengan tekad atau berani. Tembung Kendel Tegese Nekat berarti melakukan sesuatu dengan tekad dan keberanian.
6. Tembung Kendel Tegese Sregep
Sregep adalah kata dalam bahasa Jawa yang berarti tiba-tiba atau mendadak. Tembung Kendel Tegese Sregep berarti tiba-tiba atau mendadak.
7. Tembung Kendel Tegese Asu
Asu adalah kata dalam bahasa Jawa yang berarti anjing. Tembung Kendel Tegese Asu berarti hewan yang sering dijadikan peliharaan oleh manusia dan memiliki kemampuan dalam menjaga rumah.
8. Tembung Kendel Tegese Ngarso
Ngarso adalah kata dalam bahasa Jawa yang berarti ke atas. Tembung Kendel Tegese Ngarso berarti ke arah atas atau ke tempat yang lebih tinggi dari posisi sekarang.
9. Tembung Kendel Tegese Lugas
Lugas adalah kata dalam bahasa Jawa yang berarti jelas atau tidak menimbulkan kebingungan. Tembung Kendel Tegese Lugas berarti ungkapan atau kalimat yang jelas dan mudah dipahami.
10. Tembung Kendel Tegese Gumregah
Gumregah adalah kata dalam bahasa Jawa yang berarti gaduh atau riuh. Tembung Kendel Tegese Gumregah berarti suasana yang ramai dan bising.
Macam-Macam Tembung Kendel Tegese dalam Bahasa Jawa dan Indonesia
Tembung kendel tegese merupakan salah satu kosa kata dalam Bahasa Jawa dan Indonesia yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Berikut adalah beberapa jenis tembung kendel tegese beserta contoh penggunaannya:
1. Tembung Kendel Tegese Nama Benda
Tembung kendel tegese jenis ini mengacu pada nama benda. Contohnya seperti “sepatu” yang dalam Bahasa Jawa disebut “labut”, sedangkan dalam Bahasa Indonesia disebut “sepatu”. Berikut adalah tabel beberapa contoh tembung kendel tegese nama benda dalam Bahasa Jawa dan Indonesia:
Bahasa Jawa | Bahasa Indonesia |
---|---|
Labut | Sepatu |
Bebek | Bebek |
Pulung | Motor |
2. Tembung Kendel Tegese Nama Hewan
Selain benda, tembung kendel tegese juga bisa merujuk pada nama hewan. Contoh penggunaannya seperti “jagung” yang dalam Bahasa Jawa disebut “jagung”, sedangkan dalam Bahasa Indonesia disebut “mais”. Berikut adalah tabel beberapa contoh tembung kendel tegese nama hewan dalam Bahasa Jawa dan Indonesia:
Bahasa Jawa | Bahasa Indonesia |
---|---|
Alap-alap | Burung Elang |
Cendrawasih | Burung Cendrawasih |
Sapi | Sapi |
3. Tembung Kendel Tegese Nama Buah
Tembung kendel tegese jenis ini merujuk pada nama buah. Contohnya seperti “apel” yang dalam Bahasa Jawa disebut “apluk”, sedangkan dalam Bahasa Indonesia disebut “apel”. Berikut adalah tabel beberapa contoh tembung kendel tegese nama buah dalam Bahasa Jawa dan Indonesia:
Bahasa Jawa | Bahasa Indonesia |
---|---|
Apeluk | Apel |
Salak | Salak |
Pisang | Pisang |
4. Tembung Kendel Tegese Nama Makanan
Selain buah, tembung kendel tegese juga bisa merujuk pada nama makanan. Contoh penggunaannya seperti “nasi goreng” yang dalam Bahasa Jawa disebut “nasi godhong”, sedangkan dalam Bahasa Indonesia disebut “nasi goreng”. Berikut adalah tabel beberapa contoh tembung kendel tegese nama makanan dalam Bahasa Jawa dan Indonesia:
Bahasa Jawa | Bahasa Indonesia |
---|---|
Sate | Sate |
Mi goreng | Mi goreng |
Soto | Soto |
5. Tembung Kendel Tegese Nama Tempat
Tembung kendel tegese jenis ini mengacu pada nama tempat. Contohnya seperti “rumah sakit” yang dalam Bahasa Jawa disebut “grahi”, sedangkan dalam Bahasa Indonesia disebut “rumah sakit”. Berikut adalah tabel beberapa contoh tembung kendel tegese nama tempat dalam Bahasa Jawa dan Indonesia:
Bahasa Jawa | Bahasa Indonesia |
---|---|
Pasar | Pasar |
Alun-alun | Alun-alun |
Stasiun | Stasiun |
Itulah beberapa jenis tembung kendel tegese dalam Bahasa Jawa dan Indonesia. Dengan menguasai kosa kata ini, kita dapat lebih mudah berkomunikasi dengan masyarakat yang menggunakan Bahasa Jawa.
Terdapat berbagai macam tembung kendel tegese dalam bahasa Jawa dan Indonesia, salah satunya adalah akan-sedang yang memiliki arti “sudah siap dilakukan namun belum dilaksanakan”.
Terima Kasih Telah Membaca!
Sekian pembahasan kita mengenai Tembung Kendel Tegese dalam Bahasa Jawa dan Indonesia. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi Anda yang ingin memahami lebih dalam tentang bahasa Jawa. Jangan lupa untuk mengunjungi website kami lagi untuk membaca artikel-artikel menarik lainnya seputar Bahasa dan Budaya. Sampai jumpa!